Translate

Senin, 26 November 2012

Apresiasi Sajak "Pada Suatu Hari Nanti"


Apresiasi Musikalisasi Puisi/Sajak Pada Suatu Hari Nanti Karya Sapardi Djoko Damono yang berjenis Sajak yang syairnya dijadikan lagu.

Pada Suatu Hari Nanti

Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari

                        Karya : Sapardi Djoko Damono

                        Download Musikalisasi Puisinya, klik link ini >>> Pada Suatu Hari Nanti.mp3


I.          Tanggapan Berdasarkan Isi
Pada suatu hari nanti, buah karya Sapardi Djoko Damono ini berceritakan mengenai sepercik harapan pengarang melalui sebuah sajak yang ditulisnya. Harapan yang dituliskan sang pengarang dalam sajaknya tersebut merupakan sebuah harapan perandaian, dimana apabila kelak beliau sudah tiada, namun karya sastranya dapat tetap di kenang. Seperti dalam bait pertama “Pada suatu hari nanti jasadku tak aka nada lagi” yang isinya yaitu berandai-andai apabila beliau kelak sudah meninggal, dan pada bait selanjutnya “Tapi dalam bait-bait sajak ini kau takkan kurelakan sendiri” yang maknanya yaitu bahwa setiap karya sastra/sajak-sajak yang pernah beliau tulis dapat terus dikenang untuk menemani setiap orang yang membacanya ataupun mendengarnya. Dan pada bait-bait selanjutnyapun pada intinya mempunyai maknya yang sama dengan bait-bait sebelumnya.

            Jadi, intinya sajak tersebut mempunyai makna akan harapan pengarang yang kalau saja pada suatu hari nanti beliau sudah tidak bisa berkarya dan menulis sajak-sajak/puisi-puisi lagi, beliau tetap ingin dikenang melalui semua karya sastra yang pernah beliau tulis, salah satunya melalui sajak “Pada Suatu Hari Nanti Ini”.

            Jauh dari perihal isi dan makna sajak di atas, disini selanjutnya saya akan lebih mengembangkan makna dan pesan dari sajak tersebut. Sapardi Djoko Damonopun dalam sajaknya ini menurut pemahaman saya, beliau berpesan bahwa melalui sajak ini beliaupun memberikan pelajaran untuk kita, bahwasanya manusia itu tidak ada yang kekal ataupun abadi, kelak siapapun itu pasti akan mati juga pada akhirnya. Namun, kita harus ingat, selama hidup di dunia, kita harus berpikir tentang apa sebenarnya tujuan kita hidup di dunia? Kalau kelak kita sudah tiada, kita ingin dikenang sebagai apa? Atau sebagai siapa? Setiap manusia pasti memiliki angan-angan atau keinginan yang ingin dicapai. Untuk itu raihlah semua yang ingin kita capai selama kita hidup dan selama harapan itu bersifat positif, dan janganlah menyia-nyiakan waktu yang ada dengan hal-hal yang negatif. Karena apabila kita sudah mati, semua yang kita cita-citakan yang bersifat duniawi itu tidak akan kita bawa mati, yang ada hanyalah tinggal nama dan kenangan selama hidup yang dapat orang lain ingat. Seperti dalam ilustrasi contohnya, Sapardi Djoko Damono berharap kalau saja beliau meninggal nanti ia ingin dikenang sebagai seorang sastrawan dengan meninggalkan karya-karya sastranya.

  II.     Tanggapan Berdasarkan Sudut Pandang
Tanggapan saya mengenai sajak “Pada Suatu Hari Nanti” ini adalah sebagai berikut :
A.       Tema
Kalau dilihat dari setiap bait sajaknya, sajak tersebut bertemakan perandaian, harapan dan kesetiaan. Bisa kita lihat pada setiap baitnya seperti “Pada suatu hari nanti, jasadku tak akan ada lagi”, “Pada suatu hari nanti, suaraku tak terdengar lagi” dan “Pada suatu hari nanti, impianku pun tak dikenal lagi”, pengarang berandai-andai dan pada bait “Tapi dalam bait-bait sajak ini, kau takkan kurelakan sendiri”, “Tapi di antara larik-larik sajak ini, kau akan tetap kusiasati” dan “Namun di sela-sela huruf sajak ini, kau takkan letih-letihnya kucari”, pengarang bersikeras berharap ingin selalu ada dan setia untuk kau yang disini bisa berarti pembaca atau pendengar.

B.     Perasaan
Dalam sajak ini pengarang menyimpan perasaan akan kesedihan, karena dari isi dan makna sajak tersebut pada suatu hari nanti pengarang akan meninggalkan kau yang disini bisa berarti pembaca. Akan kan tetapi disini pengarang tidak terlalu khawatir akan sosok kau, karena meskipun kelak pengarang akan tiada, namun setiap bait, larik, huruf-huruf yang ada pada setiap sajaknya akan selalu tetap menemani pendengar ataupun pembaca.

C.     Suasana dan Nada
Suasana yang dapat diterima pembaca maupun pendengar setelah membaca atau mendengar sajak ini adalah suasana sedih dan haru, karena suatu saat pengarang akan tiada dan tidak akan bisa berkarya lagi dan hanya meninggalkan karya-karya sastra yang pernah ditulis saja. Sedangkan nada yang terkandung didalam sajak tersebut pengarang bersikap lembut atau halus dalam menyampaikan pesan-pesannya.

D.     Diksi
Diksi yang digunakan sipengarang dalam sajak tersebut lebih menggunakan kata-kata yang mudah dicerna atau dipahami oleh pembaca maupun pendengar. Seperti pada bait “Pada suatu hari nanti” si pendengar atau pembaca dapat langsung memahami makna yang terkandung didalamnya, yaitu menceritakan masa yang akan dating atau kelak. Dan pada bait selanjutnya “Jasadku tak aka nada lagi” pembaca atau pendengarpun pasti mengerti akan maksudnya, yaitu tokoh aku pada kata jasadku akan meninggal atau tiada, dan sama pula halnya pada bait-bait selanjutnya memiliki makna yang mudah dipahami pada setiap katanya karena pengarang lebih menggunakan makna yang sebenarnya pada setiap baitnya.

E.      Majas
Pada sajak ini hanya terdapat majas metafora atau perumpamaan, bisa kita lihat pada bait “Tapi dalam bait-bait sajak ini, kau takkan kurelakan sendiri”, “Tapi dalam larik-larik sajak ini, kau akan tetap kusiasati”, dan bait “Namun disela-sela huruf sajak ini, kau takkan letih-letihnya kucari”. Dalam bait-bait sajak tersebut jelas bahwa disitu terkandung majas metafora, karena pengarang mengumpamakan sesuatu dengan bait-bait, larik-larik, dan huruf dalam sajaknya.

           
F.      Rima
Dari segi rima, Sapardi Djoko Damono menggunakan rima a-a-a-a pada sajaknya tersebut, karena setiap lariknya berakhiran i semua.

G.     Ritme
Ritme yang terkandung dalam sajak ini yaitu terdapat pada pengulangan klausa “Pada suatu hari nanti” yang ada pada setiap bait sajaknya.

H.     Denotasi
Dalam sajak tersebut ada sebuah denotasi kata yang dijadikan tumpuan, misalnya pada bait “Tapi dalam bait-bait sajak ini”, “Tapi dalam larik-larik sajak ini” dan “Namun disela-sela huruf sajak ini”, dalam bait tersebut kata sajak dijadikan pegangan kalau saja sajak bisa membuat orang berarti.


III.     Perbandingan dengan Sajak Lain
Dibandingkan dengan sajak-sajak populer Sapardi Djoko Damono yang lainnya, seperti sajak “Aku Ingin” yang merupakan sajak yang begitu sederhana namun kaya makna, saya rasa sajak “Pada Suatu Hari Ini” lebih sederhana lagi disbanding dengan sajak tersebut. Karena dalam sajak Pada Suatu Hari Nanti, Sapardi Djoko Damono lebih menggunakan pemilihan diksi yang sederhana dan mudah dipahami. Lain halnya dengan sajak Aku Ingin, walaupun sajaknya begitu pendek dan sederhana, namun beliau menyiratkan diksi-diksi yang menarik namun tetap sederhana.
Pada sajak beliau yang lainnya, misalnya “Bulan Sepotong” dan “Becak Mini” juga merupakan sajak yang begitu sederhana yang pernah beliau ciptakan, namun jauh dibalik kesederhanaan sajaknya itu tersimpan makna yang cukup luas dan dalam melalui diksi yang tidak dengan mudahnya dipahami oleh apresiator yang masih awam akan memaknai sebuah puisi. Berbeda dengan sajak Pada Suatu hari nanti yang merupakan sajak sederhana dan menggunakan diksi yang sederhana pula, namun tetap kaya akan makna.

IV.     Penutup

Menurut pendapat saya, sajak buah karya Sapardi Djoko Damono ini merupakan karyanya yang sangat indah dan benar-benar menyentuh hati dan perasaan kita, karena isinya beliau tulis dengan bahasa yang mudah dimengerti, apalagi untuk seseorang yang masih awam seperti saya untuk memaknai sebuah karya sastra seperti puisi/sajak. Ketika membaca ataupun mendengarnya kita dapat langsung memahami maknanya yang begitu haru dan membuat kita sedih. Meskipun beliau menggunakan kata-kata yang sederhana, namun terdengar luar biasa dan kaya akan makna.

Dalam segi maknanya juga begitu dalam, disana telah tersiratkan sebuah pesan, bahwa jiwa seorang penyair itu tidak akan pernah mati di mata para apresiatornya. Jiwa penyair akan selalu hidup abadi meskipun raganya telah meninggalkan dunia ini. Karena segala harapan dan impiannya tentang kehidupan ini telah terbekukan dan kekal abadi lewat bait, larik, kata pada setiap sajaknya yg disiratkan dengan hati dan perasaan yang mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar